Jakarta, Peredaran benih kelapa sawit ilegal di masyarakat cukup banyak diperdagangkan bebas, yakni benih kelapa sawit yang tidak memenuhi aspek legalitas, karena selain diproduksi oleh lembaga/ perorangan yang tidak diakui oleh pemerintah dan tidak memenuhi syarat- syarat serta tatacara pelepasan varietas, juga tidak melalui proses sertifikasi. Benih Kelapa Sawit Asli 1. Berasal dari varietas unggul DxP yang telah dilepas secara resmi oleh Menteri Pertanian. 2. Diproduksi di kebun benih khusus yang sudah disertifikasi dengan cara menyilangkan pohon ibu induk Dura D dengan menyilangkan pohon bapak Pisifera P yang telah teruji keunggulannya. 3. Dapat disertifikasi karena kemurnian genetik terjamin dan perkecambahan benih dilakukan dengan rapi dan sistematis sehingga asal usulnya dapat ditelusuri ke pohon induk. Benih Kelapa Sawit Ilegal 1. Berasal dari buah atau kecambah yang dikumpulkan di bawah pohon-pohon kelapa sawit yang terdapat di kebun produksi Tenera T atau pohon Dura D yang disilangkan. 2. Perkecambahan dilakukan secara alami dan asal usul pohonnya tidak jelas dan tidak tercatat. 3. Tidak dapat disertifikasi karena asal usulnya tidak jelas dan proses pengecambahannya tidak mengikuti standar yang berlaku. Dampak Kerugian Menggunakan Benih Kelapa Sawit Ilegal 1. Pengguna benih ilegal akan menghasilkan kontaminasi dura sehingga akan mengurangi produksi TBS dan CPO. 2. Pengguna benih ilegal akan mengurangi kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang optimal dan biaya yang dikeluarkan sia-sia. Para pekebun akan sulit untuk mengembalikan pinjaman kredit karena produksi yang dihasilkan rendah. 3. Akan timbul ekses konflik antara PKS dan kebun pemasok TBS. 4. Pelanggaran Undang Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Undang Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. 5. Produktivitas rendah, tingkat produksi TBS hanya 50% rendemen CPO maksimal 18%. 6. Merusak mesin pengolah rendemen CPO. 7. Mengambil pangsa pasar. 8. Penurunan citra produsen benih resmi. 9. Penurunan tingkat produksi CPO secara nasional. 10. Sumberdaya alam, SDM dan modal tidak termanfaatkan secara optimal Mendapatkan Benih Kelapa Sawit Yang Baik dan Benar 1. Kecambah kelapa sawit dapat dipesan ke sumber benih kelapa sawit resmi ditetapkan oleh pemerintah dengan membawa Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit SP2B-KS yang diterbitkan oleh Ditjen Perkebunan/Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota. 2. Benih dalam polybag dapat dibeli dari penangkar benih resmi memiliki Tanda Registrasi Usaha Perbenihan/TRUP dan disertifikasi oleh UPTD Perbenihan Tanaman Perkebunan setempat Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat jika mengetahui adanya benih ilegal adalah 1. Segera melaporkan ke Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS yang berada di Dinas Perkebunan setempat atau ke Polres setempat. 2. Tidak membeli benih tersebut walaupun dengan harga murah. 3. Menyita dan melakukan pemusnahan. Adapun ketentuan pidana bagi pelaku pengedaran benih ilegal sebagai berikut 1. Mengedarkan benih yang tidak sesuai dengan label karena dilakukan dengan sengaja dikenakan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp. Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah sesuai Undang – Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. 2. Mengedarkan benih bina yang tidak sesuai dengan label karena kelalaian di kenakan pidana penjara paling lama 12 dua belas bulan dan denda paling banyak Rp Lima Puluh Juta Rupiah sesuai Undang – Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. SUMBER UPTD PENGAWASAN BENIH PERKEBUNAN
Satulagi produk unggulan dari Agrifert, yang diperuntukkan untuk Tanaman Kelapa Sawit di Tanah atau Lahan Gambut adalah PeatKay Plus 7.6.34+B+Cu+Zn yang sangat bagus diaplikasikan di LAHAN GAMBUT (Peat Soil), dosis cukup 8 kg/pokok/tahun. Lahan gambut merupakan salah satu jenis lahan basah yang memiliki kandungan asam tinggi akibat penumpukan berbagai sisa organisme selama ribuan tahun. Indonesia merupakan salah satu negara dengan biodervisitas flora yang tinggi di dunia. Beragam flora khas negara tropis banyak ditemukan tersebar di seluruh kepulauan nusantara berdasarkan jenis tanah yang cocok untuk habitat flora tersebut. Salah satu jenis tanah yang ada beberapa pulau di Indonesia adalah lahan gambut. Kita sering mengaitkan lahan ini dengan perkebunan sawit. Tapi, ternyata banyak pohon dan tumbuhan yang dapat hidup di hutan gambut selain kelapa sawit. Pada pembahasan kali ini, kita akan mengulas pohon-pohon yang dapat hidup di lahan gambut untuk proses rehabilitasi, reboisasi dan penghijauan. Apa itu Lahan Gambut? Berdasarkan Permentan Tahun 2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit, lahan gambut adalah tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik dengan komposisi 65% lebih besar yang terbentuk secara alami dalam kurun waktu ratusan tahun dari pelapukan vegetasi yang hidup diatasnya. Sedangkan menurut Kementrian Kehutanan dalam Permenhut No. 69 Tahun 2011, hutan gambut merupakan salah satu formasi pohon-pohon yang tumbuh di dalam kawasan yang sebagain besarnya terbentuk dari sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam jangka waktu yang lama. Dari kedua penjelasan tersebut, kita dapat menyimpulkan pengertian lahan gambut adalah tanah yang terbentuk dari hasil sisa-sisa pelapukan bahan organik yang tumbuh ataupuutann hidup di atasnya dalam jangka waktu yang lama. Kondisi tersebut menjadikan lahan gambut sebagai lahan dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Namun, hutan gambut memiliki kelemahan yaitu sangat rawan terhadap tingkat kebakaran hutan terlebih saat musim kemarau. Baca juga Gambut Adalah Pengertian, Jenis, Persebaran dan Manfaat Lahan Gambut Persebaran Tanah Gambut di Indonesia Luas tanah gambut di Indonesia pada tahun 2018 berkisar antar 16-17 juta hektar dengan didominasi oleh pepohonan atau tanaman berkayu. Sebagian besar dari proses akumulasi bahan organik pembentuk lahan gambut dipengaruhi oleh proses “erosi-transportasi-deposisi” tanah dengan kandungan mineral halus fine-textured weathering products oleh karena itu umumnya endapan gambut pada lapisan bawah atau yang terbesar di sekitar sungai, material gambut sering tercampur dengan bahan mineral yang disebut dengan peaty clay dengan kandungan bahan organik sebesar 30%-65%. Hutan gambut di Indonesia tersebar di pulau-pulau sekitar paparan Sunda yaitu di pantai timur Pulau Sumatera, pantai Barat dan Selatan Kalimantan, dan di sekitar paparan Sahul yaitu di pantai Barat dan Selatan Papua. Berdasarkan hasil kajian Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian BBSDLP, persebaran tanah gambut paling banyak berada di pulau Sumatera sejumlah 36,2% , Kalimantan sejumlah 25,4% dan Papua sejumlah 38,4% dari luas total hutan gambut di Indonesia. Tanah gambut memiliki ciri-ciri dengan kondisi pH asam, miskin unsur hara, namun memiliki kandungan bahan organik yang tebal dan selalu terendam air. Kondisi unik ini menjadi ciri khas yang membedakan tanah gambut dengan jenis tanah lain. Akibatnya, jenis tumbuhan yang hidup didalam ekosistem lahan gambut memiliki adaptasi terhadap hutan gambut. Sejak zaman kolonialisme Belanda, penelitian terhadap lahan gambut telah dilakukan. Tanah gambut cenderung memiliki keanekaragaman vegetasi yang rendah jika dibandingkan dengan hutan hujan tropis. Namun, karakteristik spesies dan vegetasi di dalam ekosistem gambut lebih tinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lahan kering pada zona biogegografi yang sama. Semakin tebal gambut di lahan tersebut, maka semakin sedikit jenis vegetasi yang dapat tumbuh. Sebab pasokan zat hara yang dapat diperoleh melalui air hujan. Begitupun sebaliknya, semakin tipis lapisan gambut, maka semakin beragam pula jenis vegetasi yang hidup diatasnya atau yang kita kenal dengan mixed forest. Habitat mixed forest tediri atas pepohonan kayu besar dan tumbuhan semak lebat. Habitat ke arah kubah gambut deep peat forest memiliki keanekaragaman vegetasi yang rendah dan hanya terdiri atas pepohonan berukuran kecil dengan tingkat kerapatan yang rendah. Baca juga Perusahaan Induk Oreo Menanam Pohon Bersama LindungiHutan Berikut ini beberapa jenis pohon yang dapat tumbuh dan hidup di lahan gambut 1. Pohon Ramin Gonystylus bancanus Foto pohon Ramin dewasa Kiri dan ketika baru bertumbuh Kanan Dokumentasi Hesti Lestari Tata dan Adi Susmianto/ KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasRosidaeOrdoMyrtalesFamiliThymelaeaceaeGenusGonystylusSpesiesGonystylus bancanus Miq. klasifikasi taksonomi pohon ramin Gonystylus bancanus. Morfologi Pohon Ramin memiliki daun dengan bentuk bulat lonjong tau oval dengan ujung daun berlipat berwarna hijau muda. Struktur tulang daun pada ramin banyak. Namun cenderung semu dan merupakan daun tunggal. Buah ramin memiliki permukaan yang pada umumnya akan terpecah menjadi 3 bagian saat sudah matang atau merekah berukuran kurang lebih 4,5 cm dengan rongga berukuran kurnag lebih 3 cm. Tanaman ini mempunyai batang berbentuk bulat dan lurus dengan tinggi dapat mendapat 40-45 meter. Batang bebas pohon ramin dapat mencapai ketinggian 20-30 meter dengan diameter batang bagian bawah berkisar 60-120 cm. Kayu pohon ramin biasa disebut dengan kayu miang dan mengeluarkan getah yang menyebabkan rasa gatal jika terkena permukaan kulit. Habitat Ramin Gonystylus bancanus merupakan salah satu jenis tanaman dengan daun yang selalu hijau dan membutuhkan intensitas cahaya yang cukup tinggi. Pohon ramin dapat ditemukan di Kalimantan Tengah, Sumatera Barat bahkan beberapa terdapat juga di Semenanjung Selatan dan Serawak, Malaysia serta wilayah pesisir rawa di Brunei Darussalam. Manfaat Hasil tebangan pohon ramin berwarna kuning dan akan mengalami perubahan warna menjadi putih kekuning-kuningan sampai kering. Kayu yang sudah kering tergolong di dalam kategori kelas awet V yang mudah terserang bubuk kayu basah atau jamur biru, namun tetap dapat diawetkan kembali. Karena kayu ramin mudah untuk diawetkan dan berterkstur halus serta memiliki corak kayu yang indah, pohon inisering dijadikan komoditas untuk konstruksi ringan, kayu lapis, bahan untuk kusen jendela dan pintu, hingga dapat dijadikan bahan untuk wewangian dan obat karena termasuk ke dalam kayu yang memiliki gaharu. Selain itu, kayu ramin juga sering dijadikan sebagai bahan pembuatan desain interior bangunan, kerajinan tangan dan perabotan rumah. 2. Jelutung Rawa Dyera costulata KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasAsteridaeOrdoMyrtalesFamiliApocynaceaeGenusDyeraSpesiesDyera costulata Miq. Hook. klasifikasi taksonomi pohon jelutung rawa Dyera costulata. Foto bibit pohon Jelutung Rawa yang dapat hidup di lahan gambut Dokumentasi Konsorsium Paludikultur Indonesia Morfologi Jelutung rawa adalah jenis tanaman asli yang tumbuh di rawa-rawa gambut atau lahan gambut. Di Pulau Sumatera, pohon jelutung rawa dikenal dengan nama jelutung atau nalutung, adapun di Kalimantan biasa dikenal dengan nama pantung atau pulut. Pohon jelutung rawa memiliki ketinggian hingga 60 meter dan diameter dalam ukuran setinggi dada orang dewasa yaitu 200 cm. Kulit pohon jelutung rawa berwarna abu-abu atau abu-abu kemerahan dengan tekstur licin hingga kasar dengan adanya lenstisel. Tanaman ini memiliki akar nafas atau pneumatafor sehingga memungkinkannya untuk bertahan hidup di air yang menggenang. Jelutung rawa dewasa memiliki daun berbentuk lonjong dengan ujung daun berlelekuk dan dasar daun runcing. Permukaan bawah daun berwarna hijau keputihan. Buah jelutung rawa berukuran panjang 20-25 cm berwarna coklat. Batang pohon jelutung menghasikan getah berwarna putih. Habitat Pohon jelutung rawa memiliki penyebaran alami di Pulau Sumatera, Semenanjuung Malaysia, dan Kalimantan. Di Indonesia jelutung rawa menyebar di tepi sungai, rawa dan rawa gambut di Pulau Sumatera dan Kalimantan, yaitu di pesisir timur Sumatera yaitu Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Manfaat Jelutung rawa dapat dibudidayakan untuk dimanfaatkan batang pohon serta getahnya. Kayu jelutung memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kayu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai log, kayu lapis, dan bubur kayu jika diolah lagi dapat menjadi produk berupa meja, papan gambar, baklak, ukiran, batang korek api, pensil, kertas dan lainnya. Getah pohon jelutung rawa memiliki karakteristik seperti getah karet yang dimanfaatkan sebagai bahan isolator kabel, bahan baku permen karet, ban motor, mobil dan lainnya. Baca juga Reboisasi Adalah Pengertian, Tujuan dan Manfaat Reboisasi 3. Punak Tetrameristra glabra Bagian-bagian pohon Punak Dokumentasi KingdomPlantaeDivisiSpermatophytaKelasAngiospermaeOrdoDicotyledonesFamiliTheaceaeGenusTetrameristraSpesiesTetrameristra glabraTabel klasifikasi taksonomi pohon punak Tetrameristra glabra. Morfologi Punak termasuk tanaman khas lahan gambut yang berpeluang untuk materi rehabilitasi hutan rawa gambut yang terdegradasi. Punak dapat beradaptasi dengan baik di ekosistem gambut yang telah rusak. Pohon punak dapat mencapai ketinggian 37 meter dan diameter batang sekitar 150 cm 1,5 meter. Daunnya tidak memiliki daun penumpu atau stipule, tetapi daun muda dapat menjadi penumpu pada ujung ranting. Daun-daun pohon ini berpusat pada ujung ranting, bserselang-seling, tulang daun menyirip dan memiliki permukaan daun gundul. Diameter bunga pohon punak yaitu berkisar 13 mm dengan warna hijau kekuningan, berbentuk menyerupai payung. Buahnya berdiameter 15 mm dan berwarna keunguaan terdiri atas 4-5 biji. Habitat Pohon punak tersebar di rawa-rawa gambut atau lahan gambut di Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia. Pohon punuk mampu tumbuh di hutan dengan ketinggian 500 mdpl. Selain tumbuh di lahan gambut pohon punuk juga dapat tumuh di tanah alluvial, sepanjang sungai berpasir hingga tanah lempung. Manfaat Kayu pohon punak dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan karena termasuk kedalam golongan kayu kelas kuat II. Umumnya dimanfaatkan sebagai pembuatan kuda-kuda, kaso, reng, kusen pintu atau jendela. 4. Bungur Lagerstroemia speciosa Foto bunga bungur berwarna keungu-unguan Dokumentasi Kehati DIY KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasRosidaeOrdoMyrtalesFamiliLythraceaeGenusLagerstroemiaSpesiesLagerstroemia speciosa L. klasifikasi taksonomi pohon bungur Lagerstroemia speciosa. Morfologi Bungur adalah tanaman asli Asia Tenggara dan Asia Selatan. Bungur memiliki bunga berwana puith, ungu yang bergerumbul indah saat mekar. Tumbuhan biasa disebut dengan bungur dalam bahasa jawa, pride of India atau queen crape myrtle inggris, jarul bengali/Hindi, banaba Filipina, dan lainnya. Habitus bungur berupa pohon kecil atau sedang dengan rata-rata ketinggian dapat mencapai hingga 20 meter. Daun pohon bungur meranggas dengan bentuk daun lonjong atau elips berujung lancip. Panjang daunnya sekitar 8-15 cm dengan lebar 3-7 cm. Bunga pohon bungur bergerumbul dalam malai tegak dengan kisaran panjang 20-40 cm. Masing-masing bunga memiliki kelopak dengan panjang 2-3,5 cm dan hanya mekar sekali dalam setahun. Habitat Habitat pohon bungur tersebar di daratan Asia Tenggara dan Asia Selatan, yaitu Indonesia, Vietnam, Filiphina, India dan sekitarnya. Manfaat Pada beberapa negara, daun pohon bungur dimanfaatkan sebagai minuman teh herbal. Daunnya dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Di Indonesia, pohon bungur digunakan sebagai tanaman hias dan peneduh di tepi jalan. Baca juga 10+ Pohon Endemik Asli Indonesia 5. Meranti Rawa Shorea pauciflora KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasDilleniidaeOrdoThealesFamiliDipterocarpaceaeGenusShoreaSpesiesShorea paucifloraTabel klasifikasi taksonomi pohon meranti rawa Shorea pauciflora. Morfologi Meranti termasuk tanaman yang memiliki resin pada empulur, kayu dan kulit batang. Pohon meranti memiliki daun tunggal dan pertulangan daunnya menyirip. Bunganya merupakan bunga bisesksual. Daun mahkota berjumlah 5 dan buah meranti memiliki isi 1 biji. Kayu dari pohon meranti keras namun ringan dengan warna merah tua atau kecoklatan. Habitat Pohon meranti merupakan pohon besar penyusun utama sebagian besar hutan tropis basah di dataran rendah tropis Asia. Di Indonesia, meranti tersebar di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Manfaat Kayu meranti memiliki karakteristik keras namun ringan sheingga cocok digunakan untuk bahan baku bangunan, furniture, perabotan rumah, dan lainnya. Selain itu pohon meranti dapat digunakan sebagai tanaman hias dan peneduh yang baik. 6. Balangeran Shorea balangeran KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasDilleniidaeOrdoThealesFamiliDipterocarpaceaeGenusShoreaSpesiesShorea balangeran BurckTabel klasifikasi taksonomi pohon balangeran Shorea balangeran. Morfologi Pohon balangeran cukup berpotensi bila dikembangkan di lahan gambut karena memiliki nilai ekonomi atau komersial. Balangeran hidup secara berkelompok di ketinggian 0-100 mdpl dengan tinggi pohon berkisar antara 20-25 m, panjang batang 15 cm dengan diamater dapat mencapai 50 cm. Habitat Balangeran merupakan salah satu jenis tanaman endemik Asia Tenggara yang umum ditemui di lahan gambut basah di Pulau Sumatera dan Kalimanntan. Tumbuhan ini di Kalimantan bisa dikenal dengan Pohon Belangiran, kahoi, kawi, di Sumatera dikenal juga dengan sebutan belangeran, belangir, dan melangir. Manfaat Tanaman Balangeran dewasa memiliki kulit luar berwarna merah tua sampai kehitaman dengan ketebalan 1-3 cm, memiliki alur kulit dangkal dan tidak mengelupas. Tekstur kayu bangaleran memiliki serat kayu yang agak kasar hingga kasar merata. Serat kayu bangaleran lurus dan jika kita raba pada bagian permukaan kayunya akan terasa licin dan di beberapa bagian tempat terasa lengket karena adanya getah atau damar. Kayu dari pohon bangaleran merupakan kayu kaulitas tinggi yaitu kelas awet II dan kelas kuat II yang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan, jembatan, lunas perahu, bantalan dan tiang listrik karena tidak mudah mengalami pelapukan. Baca juga Perusahaan Furniture Ikut Berperan dengan Menanam Pohon di Sumatera 7. Bintangur Calophyllum inophyllum KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasDilleniidaeOrdoThealesFamiliClusiaceaeGenusCalophyllumSpesiesCalophyllum inophyllum klasifikasi taksonomi pohon bintangur Calophyllum inophyllum. Morfologi Pohon bintangur memiliki ciri-ciri pohon berukuran sedang, berbatang pendek dengan kisaran ketinggian 10-25 meter dan diameter batang 1-2 meter. Batang pohon bintangur mengeluarkan getah berwarna putih jika dilukai. Daun pohon bintangur duduk berhadapan, keras seperti kulit dan berwarna hijau mengkilap dengan ujung meruncing. Tulang daunnya sejajar dan memiliki serat yang halus. Bunga yang dihasilkan oleh pohon bintangur berwarna putih teridiri dari 4 daun kelopak dan 8 daun mahkota bunga dengan letaknya berada di ketiak daun. Buah pohon bintangur berbentuk bulat hingga oval memanjang dengan ketebalan sedang, memiliki lapisan keras berwarna hijau keabu-abuan dan berbuah sepanjang tahun. Habitat Pohon bintangur umumnya dapat kita temui di pesisir pantai dan kadang dijumpai pula di tanah berpasir sampai pada ketinggian 200 mdpl. Persebaran bintangur berada di dataran rendah di pantai Papua dan hanya ada sedikit di daerah lain. Manfaat Getah yang dihasilkan dari daun pohon bintangur dapat mengobati sakit mata dengan cara dilarutkan dengan air. Air rebusan dari daun yang sudah mengering dapat dimanfaatkan sebagai obat dari infeksi pada kulit, dan luka. Daun yang masih segar pundapat dipanaskan sampai lunak dan hangat untuk mengompres luka borok dan bisul. 8. Pohon Kempas Koompassia malaccensis KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasRosidaeOrdoFabalesFamiliCaesalpiniaceaeGenusKoompassiaSpesiesKoompassia malaccensis Maing. ex klasifikasi taksonomi pohon kempas Koompassia malaccensis. Morfologi Tanaman yang dapat tumbuh di lahan gambut lainnya yaitu kempas. Pohon kempas dapat dikenali dengan batang pohonnya yang menjulang tinggi, berwarna keputih-putihan dengan tinggi cabang pertama mencapai 30 meter. Diameter batang pohon kempas dapat mencapai 60-100 cm. Daunnya bergabung menjadi satu tangkai dengan buah tipis. Batang pohon kempas halus dan licin, akar papan atau akar bebanir namun tidak menghasilkan getah. Habitat Pohon kempas tersebar di Malaysia, Sumatera, Bangka Belitung, dan Kalimantan. Pohon ini menyukai dataran rendah dibawah ketinggian 600 mdpl di tanah-tanah kering. Manfaat Pemanfaatan pohon kempas yaitu terdapat pada kayunya. Kayu kempas digunakan sebagai bahan konstruksi berat, bantalan kereta api, kerangka pintu karena kekerannya yang sangat tinggi namun keawetannya cenderung rendah. 9. Nyantoh Palaquium rostratum KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasDilleniidaeOrdoEbenalesFamiliSapotaceaeGenusPalaquiumSpesiesPalaquium rostratum Miq. BurckTabel klasifikasi taksonomi pohon nyantoh/nagasari Palaquium rostratum. Morfologi Pohon nyantoh atau yang dalam penyebutan bahasa Indonesia yaitu pohon Nagasari memiliki beberapa nama di daerah persebarannya seperti Bakulo Palembang, Balam Pucung Kubu, Nyantoh Darat Bangka, Nyatoh Terung Lampung, dan lainnya. Pohon ini tumbuh dengan ketinggian bekisar 30 meter dan diameter mencapai 120 cm danmemiliki batang yang lurus, bulat torak dengan banir tipis dan lebar. Kayu pohon nnyantoh berwarna coklat kemerahan, mengkilat, berurat indah dan ringan. Buah pohon nyantoh berwarna hijau memanjang. Habitat Di Indonesia pohon ini tumbuh di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Kep. Sunda Kecil, Sulawesi dan Maluku. Pohon ini banyak tumbuh di hutan tropis dataran rendah sampai ketinggian 1500 mdpl. Selain itu pohon ini juga sering dijumpai di daerah rawa-rawa dan lahan gambut. Manfaat Pemanfaatan pohon nyantoh sendiri adalah pada bagian kayunya yaitu digunakan sebagai bahan perabotan rumah seperti, lantai, dan furniture. Bunga nyantoh juga digunakan sebagai obat diare, aromatik, dan gangguan jiwa. Minyak dari biji nyantoh dapat dimanfaatkan untuk lampu, obat luka, encok, kulit menggerisil, urat darah membesar dan sakit panas. Baca juga Pohon Beringin Ciri-ciri, Jenis, Fakta Menarik dan Manfaat Beringin 10. Pohon Perepat/Tumih Combretocarpus rotundatus KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasRosidaeOrdoCucurbitaleaeFamiliAnisophylleaceaeGenusCombretocarpusSpesiesCombretocarpus rotundatus Miq. DanserTabel klasifikasi taksonomi pohon perepat/tumih Combretocarpus rotundatus. Morfologi Pohon perepat selalu hijau dengan ketinggian dapat mencapai 15 meter. Memiliki kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat. Daun pohon perepat berkulit dengan gagang daun sepanjang 6-15 mm, berbentuk bulat telur terbalik dan ujung membulat. Bunga pohon perepat merupakan bunga biseksual dengan warna kemerahan seperti lonceng. Habitat Pohon ini tidak toleran terhadap air tawar dalam jangka waktu yang lama dan cenderung menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, atau batuan dan karang. Umumnya banyak dijumpai di sepanjang pesisir pantai yang terlindung dari hempasan gelombang. Pohon perpat juga sering ditemui di muara sekitar pulau lepas pantai dan lahan gambut. Jenis flora ini tersebar dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina, Australis Tropis, kepulauan Pasifik Barat dan Oceania Barat Daya. Manfaat Buah pohon perepat dapat dimakan dan memiliki rasa yang asam. Sedangkan kayunya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan perahu dan bahan bangunan serta bahan bakar. 11. Pulai Rawa Alstonia pneumatophora KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasAsteridaeOrdoGentianaleaeFamiliApocynaceaeGenusAlstoniaSpesiesAlstonia pneumatophora BackerTabel klasifikasi taksonomi pohon pulai rawa Alstonia pneumatophora. Morfologi Pohon pulai rawa memiliki ketinggian 40-50 meter dan berdiamter mencapai 100 cm bahkan dapat lebih. Tumbuhan ini memiliki batang bergalur berwarna abu-abu hingga putih dengan permukaan batang halus sampai bersisik. Kulit pohon ini sangat tebal di bagian dalam namun tipis di bagian luas. Kayunya berwarna orange sampai kecoklatan dan memiliki getah yang melimpah. Daun pohon pulai rawa terususun secara vertikal dan merupakan dau tunggal berbentuk oval dan bulat pada bagian ujungnya. Memiliki pertulangan daun sejajar dan bunga berwarna putih berpasangan dengan panjang sekitar 25-30 cm. Habitat Pohon pulai rawa tersebar di pulau Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Berada di rawa-rawa gambut atau lahan gambut dengan kondisi tanah berpasir yaitu dekat pantai, hutan rawa dan dekat sungai besar. Manfaat Kayu yang dihasilkan dari pohon pulai rawa digunakan untk pembuatan ukiran, peti, dan kayu lapis. Sedangkan getahnya dapat digunakan sebagai obat penyakit kulit. 12. Pohon Rengas Gluta renghas KingdomPlantaeSubkingdomTracheobiontaSuperdivisiSpermatophytaDivisiMagnoliophytaKelasMagnoliopsidaSubkelasRosidaeOrdoSapindalesFamiliAnacardiaceaeGenusGlutaSpesiesGluta renghas klasifikasi taksonomi pohon rengas Gluta renghas. Morfologi Pohon ingas atau rengas memiliki ketinggian 40-45 meter. Bentuk tajuknya lebat dan melebar, berbentuk kubah dengan percabangan batang yang besar dan panjang. Memiliki batang silindris dan berdiamter berkisar 90-120 mm. Kulit luar batang bertekstur kasar, dan mengelupas seperti sisik. Warna kulit pohon jingga merah, cokelat kemerahan, abu kemerahan, atau cokelat keabu-abuan diselingi noda noda getah berwarna hitam. Getah pohon rengas sangat beracun dan dapat menimbulkan iritasi hebat pada kulit yang biasa dikenal dengan pohon bergetah panas. Daun pohon ini berbentuk daun tunggal dengan bentuk ujung runcing dan mengelompok. Habitat Habitat pohon rengas tersebar secara alami di daerah Madagaskar, India, Burma, Andama, Indochina, Semenanjung Malaya dan Indonesia kecuali kepulauan Nusa Tenggara. Manfaat Kayu rengas dimanfaatkan sebagai bahan untuk furniture, dekorasi, lantai, dan kayu lapis serta kerajinan karena memiliki corak garis yang indah. Kayunya juga dapat dimanfaatkan sebagai tiang dan balok rumah, jembatan serta bantalan rel kereta api. Untuk mendapatkan kualitas kayu yang baik, kayu pohon rengas harus dikeringkan secara maksimal. Selain itu getah pohon rengas juga dimanfaatkan sebagai industri pernis. 13. Pohon Terentang Campnosperma sp Morfologi Terentang merupakan tanaman potensial yang digunakan untuk bahan pembuatan kertas. tinggi rata-rata pohon terentang yaitu 15,42 meter dengan tinggi bebas cabang 8,95 meter. Pohon ini memiliki diameter rata-rata 23,50 cm. Kayunya berwarna putih kelabu hingga merah muda dan bertekstur lunak dan tidak tahan pecah. Habitat Habitat pohon terentang menyebar di dunia termasuk Asia Tenggara, di Indonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluki dan Irian Jaya. Pohon terentang menyukai lahan gambut halus, lempung dan berpasir pada kedalaman 3-5 meter di ketinggian 10 mdpl di iklim A. Terentang juga dapat ditemukan di hutan dengan tanah berdrainase baik hingga ketinggian mdpl. Manfaat Kayu terentang termasuk kedalam kayu kelas kuat III, dimanfaatkan untuk kotak korek api, kayu lapis, furniture, sandal, pensil dan bahan mentah untuk chipboard dan pulp kertas. Baca juga Pengertian Sumber Daya Alam, Jenis, Ciri-ciri dan Contoh-contoh SDA Referensi dan rujukan artikel. Penulis Rifdah Qotrunnada Editor M. Nana SiktiyanaSecaraumum pemberian CMA belum dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit dan serapan P-tajuk Inokulasi G. manihotis pada perakaran bibit kelapa sawit menurunkan secara nyata tinggi bibit pada umur 4 dan 20 MST berturut-turut sebesar 37.7% dan 4.5% dibandingkan dengan kontrol, sedangkan inokulasi G. aggregatum tidak berbeda dengan kontrol.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terbentang di sepanjang Sumatera hingga ke Sulawesi. Hampir di seluruh penjuru tanah air, perkebunan sawit didirikan di atas lahan gambut. Lahan gambut memiliki peran penting dari sisi ekonomi serta ekologi. Lahan ini merupakan tempat bagi keanekaragaman hayati dan populasi yang dilindungi serta sebagai penyuplai air, penyedia hasil hutan, dan pengendali banjir. Dalam proses pelaksanaannya, lahan gambut dijadikan alternatif pengganti lahan mineral sebagai areal yang dianjurkan bagi perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perkebunan yang dibuka di areal tanah ini hanya diperbolehkan pada lahan yang terdegradasi, sementara untuk areal hutan, lahan gambut tetap dipertahankan sebagai hutan gambut. Hal ini untuk mengurangi terjadinya kemarau serta tingginya emisi gas rumah kaca yang diakibatkan akibat pembukaan areal perkebunan dengan cara membakar dan merusak ekosistem lingkungan. Lokasi hutan yang telah didegradasi akan dimanfaatkan sebagai areal budidaya kelapa sawit. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dimulainya proses penanaman adalah 1. Penyesuaian Lahan2. Pembukaan Lahan yang Baik3. Manajemen Air4. Pemadatan Gambut5. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Jalan6. Pelaksanaan Kultur Teknis yang Baik7. Pemupukan8. Pengawasan Terhadap Titik Api 1. Penyesuaian Lahan Membudidayakan jenis tanaman palem ini pada areal gambut perlu pertimbangan dan harus dipastikan lahan sesuai untuk budidaya kelapa sawit. Hal yang paling penting dan perlu diingat adalah lokasi yang akan digunakan tidak bertentangan dengan peraturan dan layak dijadikan tempat usaha. Keberhasilan budidaya tergantung pada proses perawatan dan kelola kebun dengan baik. Faktor-faktor yang memengaruhi adalah kematangan tanah gambut, kedalaman lapisan pirit, dan frekuensi serta lama genangan. Manajemen pengairan yang baik akan menjadi ujung tombak berhasilnya pengairan di areal ini atau tidak. 2. Pembukaan Lahan yang Baik Lokasi yang cenderung kering akan menyebabkan hutan mudah terbakar dan menyebabkan kekeringan yang parah ketika musim kemarau tiba. Oleh karena itu, pengelolaan kebun tanpa membakar atau metode zero burning perlu diperhatikan. Membakar areal secara sembarang akan mengurangi unsur hara yang terkandung dalam bahan organik yang mungkin tersisa. Kebakaran areal gambut akan memberi dampak yang tidak baik pada kualitas perkebunan, kesehatan manusia, hingga hilangnya nilai ekonomi bagi warga disekitar areal yang terbakar. 3. Manajemen Air Hal ini perlu diperhatikan mengingat areal yang kaya akan unsur organik ini adalah kering dan sangat sedikit kapasitas air di dalam tanah sehingga dibutuhkan sistem drainase yang tepat agar lahan tetap basah dan memiliki cadangan air. Manajemen air mencakup pengaturan permukaan air dipertahankan pada 50 – 75cm, mencegah kekeringan di musim kemarau, mencegah oksidasi pirit, dan mencegah akumulasi garam. Bagian lain dari manajemen pengairan ini juga mencakup benteng yang berfungsi menahan air pasang, serta parit untuk mengumpulkan dan menyalurkan air dan pintu air yang berfungsi mempertahankan muka air dan menahan air pasang. 4. Pemadatan Gambut Memiliki tujuan untuk memadatkan tanah sehingga memiliki daya topang yang baik terhadap tanaman agar tidak mudah doyong condong. 5. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Jalan Hal ini mencakup penimbunan tanah mineral sebanyak 20 – 30 cm, perataan dan pemadatan serta pengerasan dengan pasir dan kerikil/batu. 6. Pelaksanaan Kultur Teknis yang Baik Dalam melaksanakan kultur teknis yang baik, hal yang perlu diperhatikan adalah upaya untuk mengendalikan produksi, pengendalian gulma, hama dan penyakit, pemeliharaan jalan, perbaikan kualitas panen serta perawatan sarana yang digunakan untuk proses pemanenan. 7. Pemupukan Selama ini yang terjadi diperkebunan adalah penggunaan pupuk kimia yang berfokus pada produksi pohon bukan kepada perbaikan kualitas tanah. Padahal penting untuk mengikat sejumlah unsur tanah yang diperlukan oleh tumbuhan seperti memanfaatkan pupuk organik MOAF yang diproduksi oleh PT Propadu Konair Tarahubun Plantation Key Technology/PKT yang telah terbukti meningkatkan kualitas tanaman. 8. Pengawasan Terhadap Titik Api Antisipasi terhadap musim kemarau yang memicu kekeringan pada perkebunan yang didirikan di atas tanah gambut perlu diperhatikan dengan mendirikan menara untuk memantau titik api yang muncul serta pembuatan marka tingkat bahaya api dan membuat organisasi yang mengendalikan laju penambahan titik api. Delapan hal di atas menjadi acuan yang paling penting sebelum memulai proses pengerjaan. Kunci keberhasilan suatu perkebunan tergantung bagaimana cara masing-masing orang mengelola dan mengembangkanya dengan baik tanpa merugikan pihak manapun. Bagi perusahaan yang memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai seputar perkebunan kelapa sawit, dapat mengunjungi website atau menghubungi whatsapp 0821-2000-6888.| Нонየбр կጵ ςэнιኃа | Ктωթа оμዎ | Кոбэκегуኂ οጰу |
|---|---|---|
| Θνεቿυхики ճорե | Ωдрθሳሯц ևմуфዦзитр ց | С еጮяլифеሩеς апεφибо |
| Σиρехιвазю ጋиሬα | Аք твονի ялонотаπо | Ещиςիвጼщεг խстивр |
| አеςитогε иጢ | Ехևпрашεδա ιհоጽоδ звωֆաቅаչе | Уфи лሕкти ոκе |
| Н ፄπօκυхю εшխኛаψ | ፒзጪψ тիкоδէտи ፊκинтеፄ | Сле οጤυп |
| О ፑом | Уρ տезուмипዧ | Гих риκаየυсл ըጯጲ |
Persentasepenurunan jumlah produksi di blok 95 K tahun tanam 1995 yang fr*ibatkan oleh serangam penyakit busuk pangkal batang tanaman kelapa sawit adalah & I''m'/o dan penrrunan jumtah produksi A Ulok qS G tah; tanam 1995 yang diakibatkan serangan penyakit busuk pangkal batang tanaman kelapa sawit adalatr tiazon. 6ai Kesimpulan yang diarnbil adalah Taoah yangDecember 11, 2016 Kebun sawit selain memberi manfaat ekonomi dan meningkatkan biomas lahan gambut juga ternyata merupakan tanaman yang paling realistis untuk lahan gambut Para LSM dan sebagian pakar secara tendensius “mengkambinghitamkan“ bahwa pemanfaatan lahan gambut untuk kegiatan pertanian/perkebunan/HTI adalah penyebab dari kebakaran. Kebakaran memang terjadi, baik pada lahan gambut budidaya maupun pada areal gambut di hutan lindung/hutan konservasi. Oleh karena itu tuduhan tersebut selain tidak semuanya benar, juga tidak banyak gunanya. Areal gambut terdiri dari lahan gambut untuk budidaya dan untuk hutan lindung. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, lahan gambut untuk budidaya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian/perkebunan baik oleh petani maupun oleh perusahaan. Jadi, pemanfaatan lahan gambut budidaya untuk pertanian/perkebunan tidak melanggar hukum. Dari luas gambut dunia hanya sekitar 20 persen berupa hutan gambut. Sebagian besar yakni 80 persen dimanfaatkan untuk kegitan pertanian dan kegiatan lainnya Wet International, 2008; Strack, 2008. Penyebaran pertanian gambut global sekitar 39 persen berada di kawasan Amerika, Asia 44 persen, Eropa 11 persen dan sisanya di kawasan lain. Negara terbesar yang memanfaatkan gambut untuk pertanian adalah Rusia 130 juta hektar, disusul Kanada 97 juta hektar dan Amerika Serikat 12 juta hektar. Dengan data pemanfaatan gambut tersebut, tidak ada yang salah jika selama ini pemerintah memberikan izin pemanfaatan lahan gambut untuk kegiatan pertanian. Kedepan juga, pemerintah tidak perlu ragu-ragu untuk melanjutkan kebijakan pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian. Lantas tanaman apa yang paling realistis untuk lahan gambut? Sampai saat ini fakta emperis menunjukkan bahwa kebun sawitlah yang paling realistis dikembangkan di lahan gambut. Bukti emperisnya dapat dilihat di Pesisir Timur Sumatera Utara dimana ratusan ribu hektar kebun sawit di lahan gambut telah dikembangkan petani dan korporasi sejak 100 tahun lalu sampai saat ini. Juga di Malaysia ada jutaan hektar kebun sawit gambut yang telah berkembang. Lagi pula kebun sawit di lahan gambut sudah lebih dari 75 tahun dibudidayakan di Indonesia. Kebun sawit gambut di Pesisir Timur Sumatera Utara dan Malaysia misalnya selain telah berlangsung 50-100 tahun, juga tidak pernah terbakar, dan memiliki tata kelola yang relatif lebih baik. Petani sawit gambut di daerah tersebut bahkan sudah memasuki generasi kedua atau ketiga dan menghasilkan banyak sarjana dari pendapatan sawit. Karena itu, sulit untuk tidak mengatakan bahwa kebun sawit gambut tersebut tidak berkelanjutan sustainable baik secara sosial, ekonomi maupun lingkungan. Di daerah lain seperti daerah lahan gambut Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan juga sedang berkembang kebun sawit gambut baik oleh petani maupun korporasi. Itu adalah fakta pilihan rasionalitas dan belajar dari kebun sawit gambut Pesisir Timur Sumatera Utara maupun Malaysia. Berbagai penelitian Subiham, 2013 mengungkap bahwa kebun sawit dilahan gambut meningkatkan biomas lahan gambut. Masalahnya selama ini teknologi budidaya di lahan gambut belum sepenuhnya ramah lahan gambut. Selain itu pengelolaan tata air lahan gambut budidaya juga belum sepenuhnya dilakukan dalam satu kesatuan hidrologis. Kedua hal tersebut telah membuat lahan gambut budidaya belum terkelola secara berkelanjutan. Kehadiran pertanian termasuk kebun sawit dilahan gambut juga sebagai bagian dari restorasi gambut. Selain memberi manfaat ekonomi, juga dapat bekontribusi dalam menyumbang penambahan biomas gambut secara berkesinambungan. Source Halaman dilihat 1808 Continue Reading MenambahLahan Pertanian; Tanah gambut berasal dari pelapukan tanaman pada zaman prasejarah, tentu hal ini akan baik bagi kehidupan saat ini pula, dengan semakin melebarnya tanah gambut (yang pada tahun 1995 tanah berjumlah 26 juta hektar) maka semakin banyak pula peluang pertanian untuk memanfaatkan tanah gambut sebagai sumber pangan mereka Untuk dapat hasil panen yang memiliki kualitas yang terjamin, tentunya bibit kelapa sawit yang dipilih juga tidak boleh sembarangan. Maka dari itu, perlu dilakukan pemilihan bibit unggul untuk ditanam sehingga nantinya hasil panen yang didapat tidak akan mengecewakan. Sebetulnya, seperti apa ciri-ciri bibit sawit yang unggul itu?Ciri-Ciri Bibit Kelapa Sawit yang UnggulBagi para petani sawit, untuk menanam jenis pohon yang satu ini tidaklah sesulit yang dibanyangkan. Cara penanamannya pun hampir sama dengan pohon-pohon lainnya. Namun terkadang, hal yang cukup sulit adalah memilih bibit bibit kelapa sawit unggul merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk dapat menghasilkan buah kelapa sawit yang berkualitas dari kebunnnya. Hasil panen yang berasal dari bibit unggul biasanya tidak akan mengecewakan. Namun, hal tersebut pun tergantung dari bagaimana merawat tanaman ini adalah beberapa ciri bibit sawit yang unggulBerasal dari Kecambah Biji plumula 1/3 dan radikula 2/ licin dan tidak di lembaga Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Kecambah memiliki ukuran yang hama dan para pengusaha kelapa sawit akan membeli bibit kelapa sawit di berbagai toko pertanian yang menyediakannya atau juga pada petani sawit lokal. Yang menjadi masalah adalah tentang bagaimana cara memilih bibit unggul sawit yang akan Memilih Bibit dari KecambahHal-hal penting yang mesti diperhatikan ketika hendak menanam pohon kelapa sawit jika yang berasal dari kecambahnya adalah sebagai berikutMengenali kriteria bibit kelapa sawitMemilih bibit yang telah tersertifikasi oleh pemerintah di Pusat Penelitian Kelapa SawitMemilih bibit dengan massa sekitar 0,8 gram ukuran minimalMemilih bibit yang mempunyai mata tunas berwarna putih serta tidak caca, biasanya ukuran panjang tunasnya tidak lebih dari 2 cmMemilih bibit yang hanya memiliki satu mata tunasMemilih bibit yang tidak memiliki mata tunas yang bengkok dan masih dalam keadaan segar2. Bibit Siap TanamHal-hal yang perlu diperhatikan jika hendak menanam sawit dengan bibt yang sudah siap tanam dalam polybagMemilih bibit dengan usia sekitar 10-12 bulanMemilih bibit dengan warna pelepah yang hijau tuaMemilih bibit yang memiliki daun pelepah sekitar 15 hingga 18 pelepahMemilih bibit dengan ukuran tinggi sekitar 102-126 cmMemilih bibit yang terbebas dari penyakit tanamanMemilih bibit yang memiliki lilit batang berukuran sekitar 17-18 cmPemeliharaan Kelapa SawitPada umumnya, pemeliharaan yang diakukan terhadap bibit kelapa sawit ini hampir sama dengan pemeliharaan bibit tanaman lain pada umumnya. Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang harus lebih diperhatikan. Selain itu, dalam perawatannya harus sering melakukan pengontrolan pada tanaman sawit supaya tidak mudah terserang dengan hama dan pohon sawit dapat dilakukan dengan caraMelakukan penyiraman 2 kali dalam sehariMelakukan penyiangan dengan membersihkan gulma atau tanaman liar di sekitar kelapa sawitMelakukan seleksi bibit abnormal dan normal setelah pohon ditanamMelakukan pemupukan yang rutin dengan menggunakan pupuk yang tepat dengan cara yang juga sudah bisa memilih bibit unggul kelapa sawit serta melakukan pemeliharaan yang tepat pada tanaman, maka hasil panen yang didapatkan pun akan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, hal ini juga dapat memengaruhi hasil produksi minyak sawit yang dibutuhkan. merupakanpupuk kalium universal/umum yang cocok untuk semua tanaman yang toleran terhadap klorida dan dapat diaplikasikan pada semua jenis tanah merupakan produk kristal yang halus, benar-benar bebas dari partikel yang lebih kecil dari 0,16 mm. KCL (MOP) powder/standar digunakan baik untuk pembuatan pupuk majemuk maupun aplikasi manual
Miscellaneous Tanaman Sawit di Lahan Gambut Sumber Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring meningkatnya kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan pengembangan bio energy sebagai alternatif bahan bakar Ditjenbun, 2012. Hal ini mendorong investor dari dalam negeri maupun luar negeri untuk membangun perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perkembangan luas area perkebunan kelapa sawit yang revolusioner mulai terjadi sejak tahun 1980-an. Perkembangannya sangat pesat hingga pada tahun 2017 luas area perkebunan sawit mencapai sekitar 14 juta hektar. Padahal pada awal tahun 1980-an, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih sekitar 249 ribu hektar Ditjenbun, 2022. Permintaan buah kelapa sawit tersebut menyebabkan dibutuhkannya lahan yang lebih banyak untuk menanam kelapa sawit, sementara lahan mineral jumlahnya terbatas. Berdasarkan data dari BBSDLP tahun 2011, Indonesia memiliki lahan gambut sebesar hektar yang tersebar di Sumatra, Kalimantan dan Papua. 40-50% lahan gambut tersebut potensial untuk dikembangkan untuk pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu, dilakukan pengelolaan lahan gambut untuk menanam tanaman kelapa sawit. Lahan gambut merupakan lahan dengan tanah jenuh air, terbentuk dari endapan yang berasal dari penumpukan residu jaringan masa lampau yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm Rancangan Standard Nasional Indonesia-R-SNI, Badan Sertifikasi Nasional, 2013. Lahan gambut memiliki kandungan organik senyawa karbon sangat tinggi yaitu 6-91% di seluruh lapisan. Tidak semua tanaman bisa tumbuh di lahan gambut, kelapa sawit adalah salah satunya. Lahan gambut merupakan lahan yang potensial untuk tanaman kelapa sawit. Produksi kelapa sawit pada lahan gambut bisa mencapai 20 – 25 ton/ha/tahun, sehingga tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi kelapa sawit pada jenis tanah lain Setiadi, 1999. Berdasarkan data dari Ditjen Perkebunan Kementrian Pertanian 2011, luas lahan gambut hingga tahun 2011 yang dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan sawit adalah seluas Ha. Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit ini bisa menjadi peluang yang bagus bagi perusahaan asuransi karena akan menjadi sumber premi tambahan untuk perusahaan. Namun, hal yang harus menjadi perhatian bagi perusahaan asuransi adalah tanaman sawit ini rentan untuk mengalami kerugian akibat kebakaran. Berikut adalah tabel yang menunjukan perbandingan premi dan klaim asuransi tanaman sawit yang diambil dari BPPDAN tahun underwriting 2013-2022. Terlihat dalam kurva di atas bahwa loss ratio dari tanaman sawit ini selalu di atas 100% setiap tahunnya. Hal ini karena risiko kebakaran yang terjadi pada perkebunan sawit masih sulit untuk dicegah. Penyebab kebakaran di perkebunan kelapa sawit ini bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor manusia dan faktor alam. Faktor manusia menjadi moral hazard yang bisa memicu terjadinya kebakaran. Contoh moral hazard adalah yang bisa memicu kebakaran pada perkebunan sawit Membuang puntung rokok sembarangan di dalam kebun Membiarkan kebun kotor dibenuhi semak belukar, alang-alang Membakar kebun dengan sengaja Faktor yang kedua adalah faktor alam. Faktor alam ini berkaitan dengan kondisi musim yang terjadi di Indonesia. Pada saat musim kemarau, curah hujan sebagai sumber air utama menjadi sangat rendah sehingga menimbulkan situasi defisit air atau kekeringan. Tanaman sawit yang tumbuh pada lahan gambut memiliki exposure terhadap kebakaran lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman sawit yang tumbuh pada lahan mineral. Pada saat musim kemarau, permukaan air tanah pada lahan gambut mengalami penurunan yang terjadi baik secara alami maupun akibat system drainase, maka lapisan tanah gambut terutama gambut tembal menjadi sangat kering dan mudah terbakar. Analisis data riwayat kebakaran di Global Forest Watch Fires juga menegaskan bahwa kebakaran cenderung terkonsentrasi pada konsesi pertanian dan lahan gambut di Indonesia. Kebakaran pada tanaman sawit yang ditanam di lahan mineral terjadi pada permukaan tanah, sementara kebakaran pada lahan gambut terjadi di bawah permukaan tanah. Hal ini terjadi karena lapisan gambut di bawah permukaan lebih mudah terbakar jika mengalami kekeringan karena sifat gambut yang mentah berbentuk serat atau fibrist. Sebaliknya, lahan gambut di permukaan atas relatif lebih matang saprist atau hemist. Oleh karena itu, penanganan kebakaran yang dilakukan pada lahan gambut berbeda dengan lahan mineral. Penanganan kebakaran pada lahan tanah cukup dengan penyemprotan air di permukaan tanah. Sementara, penanganan tersebut tidak cukup untuk kebakaran yang terjadi pada lahan gambut. Penggenangan lahan dianggap jauh lebih efektif dalam menangani kebakaran di lahan gambut, yaitu dengan segera menutup seluruh pintu-pintu air di sekitar lokasi lahan yang terbakar dan memompa air ke dalam lahan yang terbakar. Dikarenakan risikonya lebih tinggi, maka underwriter harus lebih berhati-hati dalam melakukan akseptasi tanaman sawit yang ditanam pada lahan gambut. Rate premi yang diterapkan juga harus lebih tinggi untuk tanaman sawit yang ditanam pada lahan gambut dibandingkan dengan lahan mineral. Selain itu, usia tanaman juga perlu mendapat perhatian dalam melakukan askeptasi. Hal yang perlu diperhatikan juga adalah moral hazard dari tertanggung. Seperti disebutkan di atas, moral hazard dari tertanggung bisa memicu terjadinya risiko kerugian yang tidak diinginkan. Sumber Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. 2011. Peta Lahan Gambut Indonesia skala 1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Kementrian Pertanian. Bogor. Ditjen Perkebunan. 2011. Kebijakan Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan. Makalah disampaikan pada Seminar Implementasi RSPO di Indonesia. Jakarta, 10 Februari 2011. Hariyadi, Saragih, Mey Jastri. 2016. Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Riau. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasmana, Soewandita. 2022. Kajian Pengelolaan Tata Air dan Produktivitas Sawit di Lahan Gambut Studi Kasus Lahan Gambut Perkebunan Sawit PT Jalin Vaneo di Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 2022 41 – 50 Andres Chamorro, Susan Minnemeyer dan Sarah Sargent. 2017. Riwayat Kebakaran di Indonesia untuk Mencegah Kebakaran di Masa Depan. [internet]. [ diunduh pada 22 september 2022]. Tersedia pada Redaksi Majalah Sawit Indonesia. 2014. Pencegahan Dan Penanganan Kebakaran Di Perkebunan Kelapa Sawit. [internet]. [diunduh pada 22 September 2022]. Tersedia pada Wahyunto dan Ai Dariah. 2013. Pengelolaan Lahan Gambut Terdegradasi dan Terlantar untuk Mendukung Ketahanan Pangan. [internet]. [diundug 22 September 2022]. Tersedia pada
MCuP.